Pantai.,, ? kenapa Enggak.,

Pantai.,, ? kenapa Enggak.,

Aku tidak pernah tahu pasti sejak kapan aku jatuh cinta pada pantai. Yang kuingat, suara ombak selalu memanggilku. Ada ketenangan dalam gemuruhnya, ada keindahan dalam ketidakteraturannya.

Setiap kali hidup terasa terlalu bising, aku mencari pantai. Di sanalah aku merasa menjadi diriku sendiri. Aku duduk di atas pasir yang hangat, memandangi garis horizon yang jauh dan tak terjangkau, dan tiba-tiba semua masalah terasa lebih kecil. Pantai mengajarkanku untuk melihat hidup dari sudut yang berbeda.

Dari ombak, aku belajar tentang kesabaran dan keteguhan. Tak peduli berapa kali ia dipukul karang, ia akan selalu kembali. Tidak pernah menyerah. Hidup kadang menjatuhkan, tapi aku belajar dari ombak: jatuh bukan berarti berhenti. Selama aku masih bisa bergerak, aku masih bisa mencoba lagi.

Angin laut juga mengajariku banyak hal. Ia datang dan pergi sesuka hati, tak bisa ditebak. Seperti waktu dan keadaan hidup. Tak semua bisa aku kendalikan, dan dari situ aku belajar untuk menerima. Tidak semua hal harus dilawan beberapa hal cukup diterima, dinikmati, dan dilepaskan.

Dan pasir, yang setiap hari diinjak-injak, tapi tetap hangat menyambut siapa pun yang datang. Dari pasir, aku belajar tentang kerendahan hati. Betapa kuatnya menjadi tempat berpijak orang lain, tanpa harus menjadi pusat perhatian.

Pantai juga memberiku ruang untuk diam. Di kota, segala sesuatu serba cepat, serba bising. Tapi di pantai, aku bisa diam, bisa mendengar suara hatiku sendiri, bisa merenung tentang ke mana aku berjalan dalam hidup ini.

Aku menyukai pantai bukan hanya karena keindahannya, tapi karena pelajaran hidup yang selalu ia bisikkan. Setiap ombak, setiap hembusan angin, setiap langkah kakiku di pasir semuanya membawa pesan. Tentang kehidupan, tentang ketabahan, tentang harapan, dan tentang menerima apa pun yang datang dengan lapang dada.