Nawa Arga Wana Eka Bahari,

Nawa Arga Wana Eka Bahari,

(9 Gunung Hutan 1 lautan) Pertama kali aku mendaki gunung, aku masih duduk di bangku SMA. Gunung itu tak terlalu tinggi, tapi cukup untuk membuatku jatuh cinta pada dunia pendakian. Sejak saat itu, aku tahu, gunung bukan sekadar tempat wisata. Gunung adalah tempat belajar tentang kesabaran, ketabahan, dan kerendahan hati.

Setiap langkah mendaki adalah perjuangan. Nafas yang mulai berat, kaki yang terasa lelah, dan medan yang terus menanjak seolah menguji sejauh mana aku bisa bertahan. Tapi saat aku berhenti sejenak dan melihat ke bawah, melihat awan menggulung di bawah kakiku, semua rasa lelah itu seperti lenyap. Gunung mengajarkanku bahwa keindahan kadang harus diperjuangkan.

Bukan hanya puncaknya yang indah, tapi juga perjalanannya. Di gunung, aku belajar menghargai hal-hal kecil, sebotol air, tawa teman seperjalanan, hangatnya api unggun di tengah dinginnya malam. Aku juga belajar bahwa hidup ini, seperti mendaki gunung, tidak selalu mudah. Kadang harus jatuh, kadang harus berputar, tapi selama tujuan masih di depan, kita tak boleh berhenti.

Gunung juga mengajarkanku untuk rendah hati. Meski tinggi dan megah, ia tak pernah menyombongkan diri. Ia tetap berdiri diam, menjadi saksi banyak cerita manusia yang datang dan pergi. Dari sanalah aku belajar bahwa menjadi kuat bukan berarti harus keras. Kadang, menjadi tenang adalah bentuk kekuatan yang sejati.

Aku selalu merasa damai setiap kali melihat gunung. Entah sejak kapan perasaan itu tumbuh, tapi setiap kali melihat puncak yang menjulang tinggi, hati ini seperti diajak berbicara oleh alam. Ada ketenangan, ada kerinduan, ada pelajaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.